Movie Review: Laskar Pelangi

Laskar Pelangi berkisah tentang 10 anak kampung di Desa Gantong, Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD Muhammadiyah yang bangunannya nyaris roboh dan di malam hari menjadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup jika muridnya tidak sampai 10 orang.

Jika saja tak ada Harun (Jeffry Yanuar), seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak hanya mengejar anak ayam di rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah ini.

Muslimah (Cut Mini) atau Bu Mus dan Pak Harfan (Ikranagara), dua orang inilah yang meneruskan perjuangan sekolah tersebut. Mereka menginginkan anak-anak miskin berhak untuk menggapai cita-cita. Rasa menyerah, putus asa, dialami Bu Mus dan Pak Harfan karena tidak adanya minat serta biaya bagi kaum miskin untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Maklum, bagi kalangan bawah, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung selama bertahun-tahun. Termasuk tertutupnya kesempatan mempekerjakan si anak secara penuh waktu demi membantu mengurangi beban hidup yang berat.

Namun di hari itu Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Berkat Harun, jumlah murid genap menjadi 10 orang dan sekolah batal ditutup. Lalu, sepuluh murid itu diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Mus.

Lima tahun berlalu, Bu Mus, Pak Harfan dan ke sepuluh murid dengan keunikan dan keistimewaan masing-masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.

Film ini dipenuhi kisah tentang kalangan pinggiran, kisah perjuangan hidup menggapai mimpi yang mengharukan, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia.

Seperti diketahui, film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama, Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata. Ini adalah novel pertama Andrea. Kabarnya, novel ini adalah memoar masa kecilnya dan semua pelakunya adalah nyata.

Laskar Pelangi adalah teman-teman masa kecil Andrea saat bersekolah di sekolah kampung yang miskin di Belitong. Tapi, tidak disebutkan secara eksplisit dalam novel itu oleh Andrea Hirata bahwa itu adalah kisah nyata.

Setelah diangkat ke layar lebar, film yang disutradarai Riri Riza itu berhasil menampilkan setting akhir tahun 1970an.

Pemandangan indah dan menarik membuat film ini tak membosankan ditonton dari awal hingga akhir. Isi cerita cukup mewakili penggambaran tentang semangat mengejar cita-cita.

Film ini sukses mencampur aduk perasaan penonton. Ada bumbu serius, lucu, dan sedih.

Ada satu adegan lucu yakni ketika Ical jatuh cinta kepada A Ling. Cinta monyet itu berawal dari membeli kapur. Berikutnya, Ical rela melakukan apapun agar dapat bertemu kembali dengan A Ling, walau untuk itu dia harus membagikan kapur kepada anak-anak Laskar Pelangi.

Nah, apakah film ini sesuai bayangan Anda ketika membaca novelnya? Temukan jawabannya dengan langsung menontonnya sendiri. Anda tak akan puas jika hanya membaca review film Laskar Pelangi.

No comments: